BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
perkembangan ilmu kimia, terdapat salah satu cabang keilmuan yaitu elektrokimia
yang sangat berperan dalam kehidupan. Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari
aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi
elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Dengan
kata lain adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan arus listrik dan
potensi (Kasidi, 2008).
Metode
elektrokimia merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang kimia. Elektrokimia
adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi kimia yang terjadi
pada permukaan suatu konduktor (elektroda) yang berhubungan dengan transfer
elektron antara suatu konduktor (elektroda) dengan suatu analit tertentu.Pengukuran
secara elektrokimia dilakukan dengan menggunakan sel elektrokimia. Terdiri dari
dua atau lebih elektroda dan elektronik untuk mengontrol serta menentukan arus
dan potensial (Laili, 2011).
Analisis
elektrokimia merupakan metode analisis kuantitatif atau kualitatifyang
didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu larutan zat yang dianalisis
(cuplikan) di dalam suatu sel elektrokimia. Di dalam sel elektrokimia dapat
dipelajari hubungan-hubungan antara konsentrasi dengan potensial (potensiometri),
konsentrasi dengan daya hantar listrik (konduktometri), konsentrasi dengan
jumlah muatan listrik (koulometri), konsentrasi dengan potensial dan arus
listrik (polarografi dan voltammetri), (Hendayana, dkk., 1994).
Pada sistem elektrokimia terdiri atas sel
elektrokimia dan reaksi elektrokimia yang terjadi didalamnya. Sel elektrokimia
terbagi atas 2 jenis yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Sel galvani
merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi
secara spontan di dalamnya. Sedangkan sel elektrolisis merupakan sel
elektrokimia di mana reaksi tak-spontan terjadi di dalam sel elektrokimia.
Aplikasi dari elektrokimia dalam kehidupan antara lain meliputi aplikasinya
dalam lingkungan, ilmu kedokteran, industri, bahkan cabang ilmu lainnya. Dan
dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian dan aplikasi dari voltametri,
amperometri, konduktometri, dan polarografi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Apakah yang
dimaksud dengan metode voltametri dan aplikasinya?
b.
Apakah yang
dimaksud dengan metode polarografi dan aplikasinya?
c.
Apakah yang
dimaksud dengan metode konduktometri dan aplikasinya?
d.
Apakah yang
dimaksud dengan metode amperometri dan aplikasinya?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Mengetahui
pengertian dan maksud dari metode voltametri beserta aplikasinya.
b.
Mengetahui
pengertian dan maksud dari metode polarografi beserta aplikasinya.
c.
Mengetahui
pengertian dan maksud dari metode konduktometri beserta aplikasinya.
d.
Mengetahui
pengertian dan maksud dari metode amperometri beserta aplikasinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. VOLTAMETRI
1. Pengertian Voltametri
Voltametri merupakan salah satu metode elektrokimia yang
termasuk kategori metoda dinamik dengan prinsip analisis didasarkan pada
pengukuran arus yang dihasilkan dialurkan
terhadap potensial yang diberikan pada elekroda kerja yang akan memberikan
suatu bentuk kurva voltamogram (Bassett, J.,1994).
Voltametri ini merupakan tehnik
voltametri dimana arus diukur selama penyapuan potensial dari potensial awal ke
potensial akhir dan kembali lagi potensial awal atau disebut juga penyapuan
(scanning) dapat dibalik kembali setelah reduksi berlangsung. Dengan demikian
arus katodik maupun anodik dapat terukur. Arus katodik adalah arus yang
digunakan pada saat penyapuan dari arus yang paling besar menuju arus yang
paling kecil dan arus anodik adalah sebaliknya (Khopkar, 1985).
2.
Prinsip
metoda voltametri
Prinsip dari voltametri adalah
mempolarisasi elektroda dalam sel elektrokimia pada serangkaian potensial range
tertentu dan mengamati perubahan arus yang dihasilkan oleh sel akibat adanya
proses oksidasi reduksi analit. Dalam voltammetri ada 3 jenis elektroda yaitu
Elektroda yang terpolarisasi disebut elektroda kerja atau working elektroda
(WE), elektroda yang tidak terpolarisasi disebut elektroda referensi yang
berupa kalomel (saturated calomel electrode, SCE) atau elektroda Ag/AgCl
dan elektroda tambahan (counter/ auxiliary electrode, CE). Ketiga
elektroda digunakan dalam analisis dengan mempolarisasi elektroda dalam sel
elektrokimia pada serangkaian potensial range tertentu dan mengamati perubahan
arus yang dihasilkan oleh sel akibat adanya proses oksidasi reduksi analit
(Pringgodigdo, 1977).
Terdapat tiga buah
elektroda pada sel voltametri antara lain elektroda kerja, elektroda
pembanding, dan elektroda pembantu. Elektroda kerja adalah elektroda utama yang
memiliki nilai potensial yang berubah-ubah sesuai dengan pengukuran yang
diinginkan, elektroda pembanding adalah elektroda standar seperti hidrogen atau
kalomel yang berperan sebagai pembanding dengan nilai potensial yang selalu
tetap sehingga dengan adanya elektroda ini perbedaan potensial dengan mudah
dapat terukur, dan elektroda pembantu yang berperan dalam melengkapi sirkuit
dengan mengizinkan arus mengalir melalui elektroda ini (Khopkar,
1985).
Analisis pada
metoda voltametri didasarkan pada kurva arus-potensial yang diperoleh dengan
mengukur arus yang mengalir pada elektroda kerja selama potensial elektroda
tersebut diubah perlahan-lahan pada daerah potensial pengukuran tertentu.
Karena elektrtoda kerja dihubungkan dengan sumber potensial listrik tertentu
maka permukaan elektroda akan memiliki muatan listrik yang bewsarnya tergantung
pada potensial yang diberikan. Jika potensial cukup negatif maka permukaan
elektroda akan bermuatan negatif, sebaliknya jika potensial yang diberikan
cukup positif maka elektroda tersebut akan bermuatan positif. Umtuk mengimbangi
muatan yang terdapat pada permukaan elektroda maka ion-ion dalam larutan yang
memiliki muatan berlawanan dengan muatan elektroda akan tertarik ke permukaan
elektroda membentuk permukaan Helmholtz (Helmholtz
layer). Pasangan muatan pada permukaan elektroda dan permukaan Helmholtz
ini disebut lapisan rangkap listrik.
a.
Elektroda Lapis Tipis Raksa
Metoda voltametri ini mula-mula
dikembangkan oleh Jaroslav Heyrovsky
(awal 1920-an) dengan menggunakan elektroda tetes raksa untuk analisis logam
(Polarografi).
Kelebihan elektroda raksa
o
Potensial
lebih reduksi H+/H2 besar
o
Raksa dapat melarutkan logam
o
Permukaan
elektroda mudah diperbaharui (elektroda tetes raksa)
·
Kelemahan:
o
raksa mudah dioksidasi
b. Elektroda Padat
Elektroda lain yang
sering digunakan sebagai elektroda kerja
o
Emas
o
Platina
o
Perak
o
Karbon(glassy carbon, pasta karbon)
6.
Volmatogram
Hasil dari teknik voltametri ini berupa
grafik yang disebut voltamogram. Pada voltamogram yang dialurkan adalah arus
terhadap potensial. Berikut ini adalah bentuk-bentuk umum dari voltamogram :
Pada bentuk voltamogram (a) dan (b), arus
dimonitor sebagai fungsi dari potensial yang digunakan. Sedangkan pada bentuk
voltamogram (c) adalah perubahan arus diikuti oleh perubahan potensial dan
dikarakterisasi oleh puncak arus.
Terdapat empat teknik didalam Voltametri, antara lain sebagai berikut
a. Polarografi
Polarografi adalah
suatu bentuk elektrolisis dimana elektroda kerja berupa suatu
elektroda yang istimewa, suatu elektroda merkuri tetes, dan direkam suatu kurva arus vo-ltase
(voltamogram). Seperti yang digunakan oleh kebanyakan pengarang, istilah
polarografi adalah suatu kasus istimewa daripada voltametri dimana
mikroelektrodanya adalah merkurium tetes. Karena sifat–sifat istimewa elektroda
ini, polarografi jauh lebih luas penggunaanya dibandingkan voltametri yang
menggunakan mikroelektroda lain (Underwood, 1996).
b. Hydrodynamic Voltametri
Arus pada
hydrodynamic voltametri diukur sebagai fungsi dari
aplikasi potensial pada elektroda kerja. Profil potensial yang sama
digunakan untuk polarografi, seperti sebuah pengamatan linear atau pulsa
diferensial, digunakan dalam hydrodynamic voltametri. Hasil voltamogram yang
identik untuk polarografi, kecuali untuk kekurangan arus menghasilkan osilasi
dari penambahan tetes merkuri. Karena hydrodynamic voltametri tidak dibatasi
untuk elektroda Hg, hydrodynamic voltametri bermanfaat untuk analisis
reduksi atau oksidasi pada potensial yang lebih positif.
c. Stripping Voltametri
Salah satu dari teknik
voltametri kuantitatif yang lebih penting adalah stripping voltametri, dimana
terdiri atas tiga teknik yang terkait : anoda, katoda, dan adsorpsi stripping
voltametri. Sejak anodic stripping voltametri ditemukan aplikasi paling luas,
kita mempertimbangkannya secara detail. Anodic stripping voltametri terdiri
dari dua tahap. Pertama pengontrolan potensial elektrolisis dimana elektroda kerja,biasanya tetes merkuriatau lapis tipis merkuri, pada potensial katoda yang
cukup untuk melapisi ion logam pada elektroda. Tahap
kedua, potensial anoda di scan kearah potensial yang lebih
positif. Ketika potensial pada elektroda kerja cukup positif analit dilepaskan
dari elektroda, larutan dikembalikan dalam bentuk oksidasi. Arus selama tahap
stripping dimonitor sebagai fungsi dari potensial, memberikan bentuk kenaikan
pada puncak voltammogram yang sama. Puncak arus yang proporsional pada konsentrasi
analit dalam larutan. Anodic stripping voltametri sangat sensitif pada
percobaan, yang mana harus dikontrol dengan hati-hati jika hasilnya ingin
akurat dan tepat.
7.
Aplikasi
dari Voltametri
Aplikasi
dari voltametri antara lain adalah sebagai sensor untuk mendeteksi level atau
tingkatan glukosa pada darah. Selain itu juga dapat digunakan untuk membentuk
campuran logam; menurunkan ion logam, misalnya Fe(III) → Fe(II); menurunkan
anion, misalnya chromate, iodate; mereduksi molekuler oksidan, misal NO2,
O2, H2O2; mereduksi senyawa organik, misalnya
keton, aldehid, peroksida.
B. POLAROGRAFI
1.
Pengertian Polarografi
Metode
polarografi adalah metode analisis yang didasarkan pada kiurva arus tegangan
yang diperoleh secara elektrolisis. Jadi peristiwa redoks digunakan di dalam
metode ini, terutama reduksi. Iomn-ion logam dan senyawa organik yang dapat
direduksi dapat ditentukan jenis maupun konsentrasinya dengan metode ini. Batas
deteksi metode ini kurang lebih 2. 10-6 M (Underwood, 1996).
Perpindahan materi yang berlangsung di dalam larutan
pada umumnya dapat terjadi dengan 3 cara :
1. Perpindahan secara migrasi
Merupakan pergerakan ion dalam larutan menuju
elektrode karena adanya interaksi anatara ion dengan muatan elektrode. Materi
yang bermuatan, karena adanya gaya tarik menarik elektrostatik, maka materi
bermuatan bergerak menuju kutub dengan muatan yang berlawanan, yakni
kation-kation menuju katoda dan anion-anion menuju anoda.
2. Perpindahan secara difusi
Merupakan perpindahan massa ion karena adanya perbedaan
konsentrasi atau gradien konsentrasi. Arus ini disebabkan migrasi spontan suatu
zat/ion dari konsentrasi tinggi ke rendah. Partikel-partikel mengalir dari
daerah yang lebih rapat (pekat) menuju daerah yang lebih renggang.
3. Perpindahan secara konveksi
Merupakan perpindahan massa ion menuju elektrode
karena pergerakan mekanik yang dapat disebabkan oleh pengadukan, aliran
larutan, perbedaan temperatur atau densitas. Pengaruh temperatur dan goyangan
atau pengadukan menyebabkan partikel berpindah dari tempat ke tempat lain.
Dari ketiga jenis perpindahan tersebut menyebabkan
laju perpindahan massa yang berimplikasi pada besarnya arus total (it)
yang terjadi :
it = im + id + ik
im = arus migrasi; id = arus difusi; ik =
arus konveksi
2.
Bagian-bagian dari Intrumen Polarografi
Instrumen untuk
polarografi terdiri dari bagian sel polarografi (sel elektrolisis) dan pencatat
polarogram. Sel polarografi terdiri dari
elektroda kalomel (SCE) sebagai elektroda pembanding dan elektroda tetes air
raksa (DME) sebagai elektroda indikator dan pipa saluran gas nitrogen.
Polarografi dalam melakukan kerjanya mempunyai
pendukung atau yang membantu mekanisme kerjanya, yaitu
a.
Pelarut
dan elektrolit pendukung
Elektrolit pendukung berfungsi untuk menekan arus
migrasi, mengontrol potensial agar tahanan larutan dikurangi serta menjaga
kekuatan ion total yang konstan. Polarografi dapat dilakukan pada fase air dan
fase organik. Pada fase air biasanya digunakan elektrolit pendukung
garam-garam seperti KCl, KNO3, NH4Cl dan NH4NO3.
Pada polarografi dengan fase organik (seperti : asetonitril, propilen
karbonat, dimetil formamid, dimetil sulfoksid dan alkohol) biasanya
dipakai elektrolit pendukung garam tetra alkil amonium. Sedangkan
buffer (seperti asetat, fostat ataupun sitrat) digunakan apabila
pH larutan sangat perlu untuk dikontrol.
b.
Pengusir
Oksigen
Oksigen dapat mengalami reduksi dalam dua tahap,
yaitu
O2+ 2H++ x à
H2O2 E = -0,1 Volt
H2O2+ 2H++
x à2H2O
E = -0,9 Volt
Apabila polarografi digunakan untuk
analisis spesi zat yang mempunyai nilai potensial reduksi sekitar ± 0,1 Volt
dan ± 0,9 Volt, maka adanya oksigen akan mengganggu pengukuran. Oleh sebab
itu diperlukan zat pengusir gas oksigen. Umumnya untuk kasus ini digunakan gas nitrogen untuk
mengusir gas oksigen.
3.
Prinsip Dasar Polarograf
Semua
elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang dianalisis. Gas nitrogen berfungsi
untuk mengusir gas O2 yang terlarut karena gas tsb dapat direduksi.
Pereduksian O2 terjadi
dalam 2 tahap:
O2 +
2H++ 2e à H2O2
H2O2
+ 2H++ 2e à 2H2O.
Reaksi
reduksi terjadi pada permukaan air raksa. Jika larutan mengandung ion logam Mn+
maka semua ion logam akan bergerak menuju permukaan tetesan Hg untuk direduksi
membentuk amalgam dengan Hg:
Mn++
ne + Hg à M(Hg).
Selama
reaksi reduksi berlangsung arus akan mengalir dan jumlahnya dapat teramati
(μA). Reaksi reduksi ini berlangsung pada harga potensial tertentu tergantung
pada jenis zat atau ion yang sedang direduksi.
4.
Aplikasi Polarografi
Aplikasi dari polarografi ini dapat digunakan pada penentuan
kualitatif dan kuantitatif. Polarografi yang sekarang ini secara luas untuk
analisis ion-ion logam dan anion-anion anorganik, seperti IO dan NO. Gugus
fungsi senyawa organic yang mudah teroksidasi atau tereduksi juga dapat
dianalisis dengan polarografi. Gugus fungsi yang digunakan meliputi karbonil,
asam karboksilat, dan senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap. Suatu
polarografi manual dapat dengan mudah dibuat dilaboratorium berdasarkan
rangkaian listrik. Selain itu aplikasi dari polarografi untuk penentuan
kualitatif dan kuantitatif pada senyawa organik, anorganik dan sampel biologi.
5. Aspek kualitatif dan
Kuantitatif Polarografi
a.
Harga
E1/2 tergantung pada jenis zat yang direduksi sehingga harga ini menjadi dasar
untuk analisis kualitatif.
b.
Harga
arus difusi (id) tergantung pada konsentrasi zat yang direduksi sehingga harga
ini menjadi dasar analisis kuantitatif.
6. Instrumentasi
Polarografi
a.
Mercury
Elektroda (Elektroda Merkuri)
Elektroda
merkuri merupakan elektroda kerja dalam sistem polarografi, disamping2
elektroda yang lain yaitu elektroda pembanding (Ag/Ag Ce atau kalomel jenuh)
dan elektroda pembantu (Auxiallary elektroda) (Pt atau Au). Ketiga elektroda
ditempatkan dalam satu tabung yang mengandung analit.
b.
Potensiostat
Potensiostat
merupakan bagian instrument yang terdiri dari rangkaian listrik yang
bergunauntuk menjaga potensial dan mengatur potensial tetap pada nilai
tertentu.
c.
Alat
pembaca (Readout)
Pada
prinsipnya polarografi adalah mengukur arus yang keluar akibat pemberian
potensial tertentu. Alat ukur yang paling sederhana adalah mikro ampermeter. Pada
perkembangannya, pembacaan arus secara digital dengan komputer.
7. Manfaat
Metode Polarografi
a.
Untuk
analisis beberapa jenis senyawa organik seperti streptomicin, kloramfenicol,
derivat sulfanilamid, dan berbagai jenis vitamin.
b.
Senyawa-senyawa
organik yang mempunyai gugus fungsi yang dapat bereaksi reduksi dengan
elektroda tetes merkuri.
c.
Sebagian
besar kation.
8. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Polarografi
Kelebihan dari metode polarografi adalah dapat digunakan
untuk menemukan informasi kualitatif yang dapat ditentukan dari potensial
setengah gelombang polarogram. Nilai potensial setengah gelombang berhubungan
dengan potensial standar untuk reaksi redoks yang sedang dipelajari. Serta
teknik polarografi digunakan untuk analisis lingkungan, terutama untuk studi
kelautan untuk karakterisasi materi organic dan interaksi logam.
Sementara kelemahan dari metode polarografi yaitu
bila digunakan elektroda indikator Hg , pada saat analisis tetesan logam Hg
mungkin saja terlalu banyak atau terlalu sedikit karena tidak digunakan kran
tetesan seperti pada buret dimana tetesan pada buret ini konstan. Apabila hal
ini terjadi akan membuat hasil/data tidak akurat. Serta, pada polarografi arus
yang diinginkan adalah arus yang berasal dari peristiwa difusi saja. Sedangkan
kenyataannya arus yang terjadi bisa berasal dari mekanik dan elektrostatik
juga. Sehingga harus diberi kondisi-kondisi lain untuk menghindari timbulnya
arus yang tidak diinginkan/diperlukan.
C.
KONDUKTOMETRI
1.
Pengertian Konduktometri
Konduktometri adalah suatu metoda analisis yang berdasarkan
kepada pengukuran daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sepasang elektroda
inert yang mempunyai luas penampang (A) dan jarak tertentu (d). Daya hantar
listrik tersebut merupakan fungsi konsentrasi dari larutan elektrolit yang di
ukur. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di
dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Daya
hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar
listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan
dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G)
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (l).
G = l/R =
k (A / l) dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1
(Saryati,
2007).
2.
Tiga
komponen penting pada konduktometer
a. Sumber listrik, sel untuk menyimpan
larutan.
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari
baterai) melalui larutan merupakan proses faraday, yaitu oksidasi dan reduksi
terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro
kimia pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan
akibat proses faraday. Perubahan karena proses faraday dapat merubah sifat
listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonfaraday atau
arus AC.
b.
Tahanan
Jembatan,
untuk mengukur tahanan larutan.
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang
digunakan untuk pengukuran daya hantar.
c.
Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang
terdiri dari sepasang elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya
elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas
permukaan elektroda. Titrasi Konduktometri dapat digunakan untuk menentukan
titik ekivalen suatu titrasi. Sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH.
Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Daya hantar H+ turun
sampai titik ekivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin
berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah
setelah titik ekivalen (Te) tercapai karena jumlah OH- di dalam
larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak
berubah, karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion
Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+.
3.
Prinsip Kerja Konduktometri
Prinsip kerja
dari konduktometri ini adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan ion
positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan
sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan
oleh alat menjadi hantaran listrik larutan.
4. Aplikasi Konduktometri
Untuk
menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia
sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti
terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH. Sebelum
ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang
masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar 349,8 cm2/mol
dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+
dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+
didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+
mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih
kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun.
Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya
dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan
harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan
konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titrasi
konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan
titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk
menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir
ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara
konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir
yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan
dengan potensiometri titik akhir tidak
jelas lagi.
5.
Analisa
dalam konduktometri
Perhitungan konduktivitas secara langsung dari tahanan. Sampel dan
dimensi sel I dan A tidak dapat diandalkan karena distribusi arusnya rumit.
Dalam prakteknya, sel dikalibrasikan dengan sampel yang diketahui
konduktivitasnya. Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada dan
biasa dikenal sebagai konduktivitas Molar, L.
Konduktivitas larutan elektrolit pada temperatur konstan,
tergantung pada jenis ion dan konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka
konduktivitasnya akan menurun. Ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas
semakin sedikit. Akan tetapi, kemampuan tiap ion dalam meneruskan muatan akan
semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer. Karena
konsentrasi larutan pada umumnya dinyatakan dalam satuan molar (mol/liter),
maka pada konduktometri terdapat istilah konduktivitas molar (Λ), yang
mempunyai hubungan dengan konsentrasi :
Λ = 1000K/C
Dimana : Λ = konduktoitas molar (Scm2mol-1)
C = konsentrasi (mol.dm-3)
K = Konduktovitas (Scm-1)
Konduktivitas di tentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui
kemampuan tiap jenis ion, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan yang
sangat encer, sehingga tidak di pengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi seperti
ini, maka konduktivitas larutan merupakan jumlah konduktivitas ion positif
(kation) dan ion negative (anion).
Λo= Λokation+ Λoanion
Λo yaitu konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer
(konsentrasi mendekati nol).
6. Manfaat Konduktometri
Untuk
menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam mengantarkan muatan listrik
di antara dua elektroda. Ini berarti konduktometri adalah salah satu metode
analisa elektrokimia di samping potentiometri, amperometri dan sebagainya.
D.
AMPEROMETRI
1.
Pengertian Amperometri
Amperometri adalah salah satu metoda voltametri dengan
memberikan potensial konstan pada elektroda kerja, serta arus diukur sebagai
fungsi waktu. Secara harafiah, amperometri merupakan pengukuran arus.
Dalam kimia elektroanalisis, konsentrasi analit menentukan nilai arusnya.
Metode ini dilakukan berdasarkan elektrolisis sempurna dari analit. Pada metode
ini analit dioksidasi dan direduksi secara sempurna pada permukaan elektroda
kerja atau bereaksi sempurna dengan pereaksi yang dihasilkan oleh elektroda kerja
(Coolkhas, 2009)
2. Prinsip Kerja Amperometri
Ketika potensial diberikan pada elektroda kerja, analit yang
terdapat dalam larutan mengalami reaksi reduksi sehingga konsentrasi analit
yang dekat dengan elektroda kerja akan menurun. Sedangkan analit lain secara
perlahan akan berdifusi kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga
konsentrasi tetap.Jika potensial yang diberikan cukup tinggi, konsentrasi
analit yang berada dekat dengan elektroda kerja akan bergantung pada laju
rata-rata difusi. Arus yang dihasilkan
disebut batas difusi. Pada saat analit
tereduksi pada elektroda kerja, konsentrasi analit pada seluruh larutan akan
perlahan-lahan menurun, bergantung pada ukuran elektroda kerja berbanding volum larutan.
Secara umum, proses yang
terjadi pada elektroda dengan metode amperometri yaitu ketika potensial
diberikan pada elektroda kerja, analit yang terdapat dalam larutan mengalami
reaksi reduksi sehingga konsentrasi analit yang dekat dengan elektroda kerja
akan menurun. Sedangkan analit lain secara perlahan akan berdifusi
kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga konsentrasi tetap. Jika potensial yang
diberikan cukup tinggi, konsentrasi analit yang berada dekat dengan elektroda
kerja akan bergantung pada laju rata-rata difusi. Arus yang dihasilkan disebut batas difusi. Pada saat analit tereduksi pada elektroda kerja, konsentrasi analit pada seluruh larutan akan perlahan-lahan menurun, bergantung pada ukuran elektroda kerja berbanding volum larutan. Prinsip dari metode amperometri ialah penggunaan
potensial tetap.
3
Aplikasi Amperometri
Aplikasi yang
penting dari amperometri adalah dalam kontruksi sensor kimia. Sensor
amperometri yang pertama dikembangkan untuk melarutkan O dalam darah, yang mana
dikembangkan pada 1956 oleh L.C. Clark. Contoh lain pada sensor amperometri
adalah sensor glukosa (David, 2000). Dewasa ini, biosensor telah banyak
diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti dan industri, dan dalam dunia
biosensor research, topik yang sedang berkembang sekarang ini adalah biosensor
yang berbasis DNA (genosensor). Berikut
contoh dari biosensor untuk hibridisasi asam nukleat (DNA).
Skema biosensor elektrokimia untuk hibridisasi asam nukleat atau
analog asam nukleat sebagai elemen pengenal dan teknik elektrokimia tahap
transduksi ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 2.4.1 Skema biosensor afinitas berdasarkan
lapisan DNA sebagai Biopengenal (Rivas et
al. 2005)
Palecek (1966) melaporkan bahwa DNA dan RNA dapat
direduksi pada elektrode merkuri dan bahwa sitosin, adenin, dan guanin
merupakan senyawa elektroaktif. Adenin dan sitosin dapat direduksi pada
elektrode merkuri dalam larutan netral sekitar -1,40V (disebut puncak CA),
sedangkan guanin, setelah reduksi pada potensial yang sangat negatif, dapat
dioksidasi pada -0,30V. Timin dan urasil tereduksi hanya dalam medium
nonaqueous pada potensial yang sangat negatif (Palecek and Fojta, 2001).
Penentuan nukleobasa dan beberapa purin pada level nanomolar dengan melalui
pembentukan senyawa yang sedikit larut dengan merkuri juga telah dilaporkan
(Palecek, 2001; Palecek et al. 1981; Palecek, 1985). Bahkan sedikit saja
variasi struktur DNA dalam larutan menghasilkan perubahan perilaku elektrokimia
yang signifikan pada merkuri (Palecek, 2002).
Respon elektrokimia yang sangat berbeda dari DNA single
stranded (ssDNA) dan double tranded (dsDNA) telah diperoleh dengan differential
pulse voltammetry (DPV) pada elektrode merkuri, memungkinkan untuk
penentuan runutan ssDNA, bahkan dengan keberadaan dsDNA yang berlebih (Palecek
dan Frary 1966). Dengan pengaruh yang kuat dari struktur DNA pada signal
elektrokimia, penggunaan suatu elektrode merkuri telah sangat bermanfaat untuk
mempelajari transisi struktur DNA dan perubahan konformasinya. Selain itu juga
memungkinkan untuk memperoleh informasi tentang premelting dan
polimorfisme double helix dalam elektrode merkuri (Palecek 1966); dan
untuk identifikasi interupsi single stranded dalam molekul DNA linier
dan sirkuler, perbedaan dalam densitas superhelix DNA supercoil yang
bergantung pada transisi struktur dalam DNA, dan untuk membedakan antara DNA
dan RNA (Palecek 1983, Fojta et al. 2002).
4.
Kelebihan Amperometri
Menurut (Arumdati,
2014), kelebihan dari amperometri adalah :
a.
Tidak
diperlukan langkah untuk mengkalibrasi galvanometer.
b.
Tegangan
yang dapat diberikan cukup teliti (sampai 1/10 volt).
c.
Tidak
ada efek karakteristik dari kapiler dan tidak diperlukan unit polarisasi.
d.
Elektroda
referens dapat dipilih yang nilai potensial elektrodanya sedemikian rupa
sehingga peristiwa reduksinya tidak memerlukan sumber tegangan dari luar.
e.
Sensitifitas pada saat titrasi amperometri sangat
tinggi.
f.
Pengukuran arus dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi analit secara langsung.
g. Tidak diperlukan indikator pada titrasi amperometri.
DAFTAR PUSTAKA
Arumdati, R.A. Ani, M. Qonitah, F.
2014. Penentuan Mannitol Secara Amperometri Denyut (PAD) dalam Sistem Alir
(FIA). Kimia Student Journal. Vol 1. No 2. Hal 189-195.
Basset, J. 1994. Buku Ajar
Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
David, H. 2000. Modern Analytical Chemistry.
Boston : McGraw Hill Co.
Farhan. 2011. Polarografi
(http://farhanceria.blogspot.com/2011/01/elektrogravimetri.html) diakses tanggal 26 Desember
2014 pukul 21.24 WIB.
Indah. 2010. Amperometri dan
Aplikasinya (http://indah-pendidikankimia.blogspot.com/2010/04/amperometri-dan-aplikasinyapendahuluan.html) diakses tanggal 27 Desember
2014 pukul 22.10 WIB.
Khopkar. 1985. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Purnawan, C. 2014. Analisis
Elektrokimia. Surakarta : Kimia FMIPA UNS.
Refika, A. 2011. Makalah Analitik
(http://refika-andrea.blogspot.com/2011/10/makalah-analitik.html) diakses tanggal 26 Desember 2014 pukul 22.10 WIB.
Underwood.
1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Coolkhas-chemistry., 2009.
Voltametri, http://coolkhas-chemistry.blogspot.com
Khopkar,S.M.,
1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI-Press.
Palecek,
E., Fojta, M., 2001. New approaches in the development of DNA sensors:
hybridization and electrochemical detection of DNA and RNA at two different
surfaces. Bioelectrochemistry, 56: 85–90.
Palecek, E., Fojta, M., Jelen, F., and Vetterl, V. 2002. Electrochemical
analysis of nucleic acids. In Encyclopedia of Electrochemistry,
Bioelectrochemistry;
Palecek, E. and Frary, B.D. 1966. A higly sensitive
pulse-polarographic estimation of denatured deoxyribonucleic acid in native
deoxyribonucleic acid samples. Arch. Biochem. Biophys., 115: 431–436.
Palecek,
E. 1983. Topics in Bioelectrochemistry and Bioenergetics; J. Wiley:
Chichester, UK.
Rivas, G., Pedano, M.L., Ferreyra, N. 2005. Electrochemical
biosensor for sequence-specific DNA detection. Anal. Letters, 38:
2653–2703
yuhuuu...bermanfaat sekali
BalasHapuslem lcd touchscreen